Wujudkan Toleransi Melalui Pembelajaran Empati Berbasis Tepa Sarira Di SD Inklusi
Semangat Education for All yang diwujudkan dalam penyelenggaraan sekolah inklusi dari sejak pendidikan dasar sejalan dengan tujuan ketiga dari Sustainable Development Goals (SDGs) 2030, yaitu menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata, serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua. Keberagaman dalam sekolah inklusi tentu menuntut toleransi yang tinggi, termasuk yang ada di SD Tugu Jebres Surakarta yang dipimpin oleh Ibu Nuning Harmini, S. Pd., SD. Untuk mendukung perwujudan toleransi tersebut, maka dosen-dosen yang tergabung dalam Research Group (RG) Indigenous Psychology Fakultas Psikologi UNS melakukan pengabdian kepada masyarakat (PKM) dengan tema “Implementasi Pembelajaran Empati Berbasis Budaya Tepa Sarira untuk Menunjang Toleransi Siswa di Sekolah Inklusi”. Kegiatan ini terselenggara dengan sumber pendanaan dari Dana Non APBN Universitas Sebelas Maret Tahun Anggaran 2024.
Pembelajaran tersebut telah berlangsung pada Agustus lalu, dan dikemas dalam bentuk mendongeng, mengingat peserta yang mengikuti kegiatan ini adalah siswa Kelas 1 SD Tugu Jebres Tahun Ajaran 2024/2025. Seusai menyimak dongeng, siswa diberi serangkaian pertanyaan untuk memastikan pembelajaran tersebut telah disimak dengan baik oleh siswa. Melalui sesi ini siswa juga didorong untuk berani menyampaikan pendapatnya dan mengungkapkan perasaannya.
Tercatat sebanyak 43 siswa Kelas I yang terdiri dari 21 siswa Kelas IA (12 perempuan, 9 laki-laki), dan 22 Siswa Kelas IB (14 perempuan, 8 laki-laki). Namun pada hari pelaksanaan sebanyak dua siswa berhalangan hadir, sehingga secara keseluruhan kegiatan pembelajaran ini diikuti sebanyak 41 siswa. Dr. Tri Rejeki Andayani, S.Psi., M.Si., yang merupakan Ketua Tim PKM sekaligus Ketua RG Indigenous Psychology mengatakan bahwa tema ini dipilih dengan tujuan mengenalkan nilai budaya tepa sarira sebagai dasar untuk mengajarkan empati pada siswa di sekolah inklusi. Sikap empati ini penting untuk dikembangkan agar siswa tidak semena-mena terhadap orang lain, dapat menghargai dan menerima perbedaan satu sama lain, sehingga toleransi pada sesama dapat diwujudkan.
Selain siswa yang menerima manfaat dari kegiatan PKM ini, maka guru juga mendapatkan manfaat melalui sesi psikoedukasi yang disampaikan oleh Prof. Dr. Purwati, M.Kons. Tema yang disampaikan sesuai dengan usulan pihak mitra, yaitu cara mengatasi pengaruh negatif media sosial pada perilaku siswa SD.
Berdasarkan data sekunder tercatat 27 guru (termasuk kepala sekolah, guru mapel, dan guru ekstrakurikuler) di SD Tugu Jebres Surakarta. Namun tidak semua dapat mengikuti kegiatan secara penuh waktu karena ada tugas yang bersamaan di sela acara.
Selain melibatkan anggota RG yang terdiri dari Prof. Dr. Purwati, M.Kons., Dr. Farida Hidayati, M.Si., Rin Widya Agustin, S.Psi., M.Psi.,Psikolog., Pratista Arya Satwika, S.Psi, M.Psi., Psikolog., dan Selly Astriana, S.Psi.,MA. Kegiatan PKM ini juga melibatkan lima mahasiswa Program Studi (Prodi) Psikologi Fakultas Psikologi (Agnes Yunita Simaremare, Afifah Luthfi Widayani, Alycia Mutiara Rizky, Aulia Endah Fitriani, dan Abigail Briza Hariyana). Serta satu orang dari Program Studi S1 Pendidikan Luar Biasa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS yaitu Zakiyyah Rahmi Ayu.
Seusai kegiatan tersebut, Tim PKM RG Indigenous Psychology Fakultas Psikologi UNS menyempatkan berdiskusi dengan pihak mitra. Sesi ini bertujuan untuk melakukan evaluasi dari kegiatan PKM yang telah dilaksanakan di SD Tugu Jebres Surakarta tersebut. Berdasarkan hasil evaluasi akhir bersama mitra, dapat disimpulkan bahwa kegiatan PKM ini memberi manfaat nyata bagi guru dan siswa. Pihak mitra juga berharap ada kegiatan parenting bagi orang tua siswa di lain kesempatan.
Dokumentasi dan Editor : Tim Humas Fakultas Psikologi UNS