Permainan Tradisional Benthik sebagai Modifikasi Cooperative Play dalam Mengatasi Sibling Rivalry pada Anak
Permasalahan persaingan saudara pada anak nyatanya dapat berlanjut hingga dewasa. Hal ini menjadi alasan mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) melakukan riset mengenai modifikasi permainan benthik yang ternyata dapat menurunkan persaingan antar saudara kandung. Melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM-RSH) Riset Sosial Humaniora (RSH), mereka mengangkat judul “Permainan Tradisional Benthik sebagai Modifikasi Cooperative Play dalam Mengatasi Sibling Rivalry pada Anak di Kabupaten Bojonegoro”. Penelitian ini memadukan multidisipliner ilmu psikologi dan budaya. Riset terdiri dari Adinda Putri Sholikhah sebagai ketua tim serta didampingi Abadina Ukhtisiwi, Anisya Salsabila Ainun Nur Azizah (FPsi 2021), Lia Kurniawati (FIB 2020), dan Annisa Alya Sofiani (FKIP 2022) dengan didampingi oleh dosen pembimbing Rini Setyowati, S.Psi., M.Psi., Psikolog.
Masalah persaingan saudara kandung tidak bisa dianggap remeh, dikarenakan hal tersebut memiliki ragam dampak psikologis. “Persaingan saudara kandung atau sibling rivalry dapat berdampak pada diri anak, yaitu regresi, temper tantrum, emosi meledak-ledak, gangguan kepercayaan diri, penyesuaian sosial dan perasaan dendam pada saudara.” Jelas Rini Setyowati, selaku dosen Fakultas Psikologi UNS pada wawancara (09/10/2023).
Fenomena persaingan saudara dapat didukung dengan orang tua yang selalu membedakan anak dengan saudaranya, akibat dari itu anak memiliki kecemburuan. Fenomena ini sering dianggap remeh padahal bersumber pada penelitian Muarifah dan Fitriana tahun 2019, berdasarkan survei penelitian di Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro 7 dari 10 orang tua menyatakan bahwa anaknya memiliki kecemburuan dengan saudaranya. Hal tersebut menjadi alasan lokasi riset tim PKM RSH UNS ini di Kabupaten Bojonegoro. “Riset ini dilaksanakan di SD Negeri Sumberjo, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Berlangsung selama lebih dari dua pekan dari 31 Juli–14 Agustus 2023. Pemilihan lokasi juga beralasan wilayah Kecamatan Trucuk jauh dari perkotaan yang di mana memiliki akses tanah lapang yang luas sebagai sarana untuk bermain benthik,” Imbuh Siwi selaku anggota tim, (09/10/2023).
Penelitian ini memodifikasi permainan benthik dari naskah jawa kuno berjudul “Javaansche Kinderspelen” karya Raden Soekardi. Permainan benthik memiliki karakter sebagai permainan kooperatif. Permainan kooperatif memiliki karakteristik bekerja sama dan menekankan melakukan hal yang menyenangkan dibandingkan mengalahkan seseorang. Sayangnya, pada era sekarang permainan benthik jarang dijumpai karena maraknya permainan modern.
Pada permainan benthik memerlukan peralatan yang mudah ditemui diantaranya ada bambu, ranting, atau kayu yang ukurannya kecil hanya sejengkal dinamakan janak dan perlu ranting dengan ukuran besar sepanjang dua kali lipat janak yaitu dinamakan benthong. Permainan ini terdiri dari dua regu. Umumnya dimainkan di tanah lapang. Masing-masing regu minimal terdiri dari satu orang. Selain sebagai bentuk hiburan, benthik juga dapat meningkatkan kemampuan bersosialisasi dan memperkuat rasa persaudaraan.
“Permainan tradisional benthik ini dapat dikatakan sebagai salah satu play therapy bagi anak yang mengalami sibling rivalry karena anak ditanamkan nilai positif. Nilai positif ini antara lain nilai pentingnya berbagi peran untuk mengurangi perasaan cemburu, merencanakan tujuan yang sama untuk menurunkan persaingan, dan membangun kerja sama yang tinggi untuk mengurangi perasaan benci pada anak,” Tambah Rini Setyowati, S.Psi., M.Psi., Psikolog.
Adinda selaku ketua tim PKM RSH mengemukakan melalui penelitian PKM-RSH ini, harapannya hal ini dapat membangkitkan kembali permainan tradisional daerah yang mulai tergantikan oleh gawai. Meskipun permainan ini sudah jarang dijumpai, namun permainan tradisional selalu memiliki beragam nilai luhur yang perlu dilestarikan. Hasil penelitian yang telah dilakukan dari anak sebelum bermain benthik dan setelah bermain benthik terjadi perubahan sikap persaingan berupa aspek kecemburuan dan kompetisi.
“Sikap persaingan mengalami penurunan berdasarkan uji setelah bermain benthik. Melalui riset ini harapannya nanti dapat menjadi pertimbangan dalam mengatasi persaingan antara saudara kandung pada anak,” Ungkap Adinda.
Dokumentasi : Tim PKM-RSH UNS
Masalah persaingan saudara kandung tidak bisa dianggap remeh, dikarenakan hal tersebut memiliki ragam dampak psikologis. “Persaingan saudara kandung atau sibling rivalry dapat berdampak pada diri anak, yaitu regresi, temper tantrum, emosi meledak-ledak, gangguan kepercayaan diri, penyesuaian sosial dan perasaan dendam pada saudara.” Jelas Rini Setyowati, selaku dosen Fakultas Psikologi UNS pada wawancara (09/10/2023).
Fenomena persaingan saudara dapat didukung dengan orang tua yang selalu membedakan anak dengan saudaranya, akibat dari itu anak memiliki kecemburuan. Fenomena ini sering dianggap remeh padahal bersumber pada penelitian Muarifah dan Fitriana tahun 2019, berdasarkan survei penelitian di Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro 7 dari 10 orang tua menyatakan bahwa anaknya memiliki kecemburuan dengan saudaranya. Hal tersebut menjadi alasan lokasi riset tim PKM RSH UNS ini di Kabupaten Bojonegoro. “Riset ini dilaksanakan di SD Negeri Sumberjo, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Berlangsung selama lebih dari dua pekan dari 31 Juli–14 Agustus 2023. Pemilihan lokasi juga beralasan wilayah Kecamatan Trucuk jauh dari perkotaan yang di mana memiliki akses tanah lapang yang luas sebagai sarana untuk bermain benthik,” Imbuh Siwi selaku anggota tim, (09/10/2023).
Penelitian ini memodifikasi permainan benthik dari naskah jawa kuno berjudul “Javaansche Kinderspelen” karya Raden Soekardi. Permainan benthik memiliki karakter sebagai permainan kooperatif. Permainan kooperatif memiliki karakteristik bekerja sama dan menekankan melakukan hal yang menyenangkan dibandingkan mengalahkan seseorang. Sayangnya, pada era sekarang permainan benthik jarang dijumpai karena maraknya permainan modern.
Pada permainan benthik memerlukan peralatan yang mudah ditemui diantaranya ada bambu, ranting, atau kayu yang ukurannya kecil hanya sejengkal dinamakan janak dan perlu ranting dengan ukuran besar sepanjang dua kali lipat janak yaitu dinamakan benthong. Permainan ini terdiri dari dua regu. Umumnya dimainkan di tanah lapang. Masing-masing regu minimal terdiri dari satu orang. Selain sebagai bentuk hiburan, benthik juga dapat meningkatkan kemampuan bersosialisasi dan memperkuat rasa persaudaraan.
“Permainan tradisional benthik ini dapat dikatakan sebagai salah satu play therapy bagi anak yang mengalami sibling rivalry karena anak ditanamkan nilai positif. Nilai positif ini antara lain nilai pentingnya berbagi peran untuk mengurangi perasaan cemburu, merencanakan tujuan yang sama untuk menurunkan persaingan, dan membangun kerja sama yang tinggi untuk mengurangi perasaan benci pada anak,” Tambah Rini Setyowati, S.Psi., M.Psi., Psikolog.
Adinda selaku ketua tim PKM RSH mengemukakan melalui penelitian PKM-RSH ini, harapannya hal ini dapat membangkitkan kembali permainan tradisional daerah yang mulai tergantikan oleh gawai. Meskipun permainan ini sudah jarang dijumpai, namun permainan tradisional selalu memiliki beragam nilai luhur yang perlu dilestarikan. Hasil penelitian yang telah dilakukan dari anak sebelum bermain benthik dan setelah bermain benthik terjadi perubahan sikap persaingan berupa aspek kecemburuan dan kompetisi.
“Sikap persaingan mengalami penurunan berdasarkan uji setelah bermain benthik. Melalui riset ini harapannya nanti dapat menjadi pertimbangan dalam mengatasi persaingan antara saudara kandung pada anak,” Ungkap Adinda.
Dokumentasi : Tim PKM-RSH UNS